Demi memenuhi tugas bahasa Indonesiaku, aku bikin sebuah cerpen. Ya walaupun sedikit aneh dan kurang greget kalau menurutku. Ya sudahlah tak apa. Hehee.. Dikarenakan beban pikiran tidak hanya 1 tugas. Tapi banyak tumpukan tugas. Maklumlah namanya saja seorang pelajar. :)
Waktu Yang
Dapat Menjawab
Karya Atika Nur
Asmara
Ku tatap wajahku di depan cermin.
Kacamata besar dan behel serta dandanan ku juga yang amat sangat biasa, hanya rok
panjang dan kemeja yang agak kebesaran. Sungguh tidak ada yang bisa menarik perhatian
seorang lelaki. Soal penampilan aku memang sangat cuek, aku tidak terlalu
memikirkan hal itu. Soal pelajaran aku jagonya. Tapi soal cinta aku sungguh
merasa sangat tabu dan tak berpengalaman. Sudah biasa aku dijuluki si aneh. Dan
itu membuat ku menjadi sesosok orang yang dikenal semua orang.
Suara jeritan sudah terdengar dari
kejauhan. Aku tahu mereka memperebutkan Reno. Coba kalau dia tidak pindah ke
kampusku, coba saja kalau dia tidak datang dengan tiba-tiba, dan coba saja
kalau dia tidak diperebutkan semua cewek di kampus. Tapi setiap melihatnya aku
berusaha menghindar. Teringat semasa kecil saat aku masih menjadi tetangga
dekatnya. Mungkin waktu itu aku mengambil jalan yang salah. Hal yang membuat ku
sangat malu, dan itu membuatku sekarang menjadi seperti ini. Sulit untuk
membuka diri. Penampilan saja aku tak mau seperti normalnya wanita yang suka
berhias diri, karena itu pasti membuat Reno marah padaku.
“Hey.., Maudy kan?”, tersentak ku sangat kaget saat
tiba-tiba Reno datang memanggilku. Bodohnya kenapa aku harus melamunkan kejadian
dulu dan dia datang pun aku tak tahu. “Eeh.. em.,iya. Reno ya?”, jawab
Maudy sambil sedikit linglung dengan tingkahnya sendiri. “Seprtinya kita
pernah tetanggaankan?”. Sambil mengalihkan perhatiannya dan berusaha
menghindar, Maudy hanya berpura-pura ingin ke kamar kecil.
“Ooh kenapa dia harus datang menemui ku sich. Kenapa gak
orang-orang yang suka ngejar-ngejar dia aja. Dan kenapa dia masih ingat
denganku?”, teriak Maudy di dalam kamar kecil sehingga membuat petugas
kebersihan menggebrok pintu sangat keras karena membuat telinga pecah.
Seperti biasa pulang dari kampus
selalu setia menunggu bus tua. Walaupun sudah banyak transportasi yang lalu
lalang dengan fasilitas mewah. Tapi aku lebih suka naik bus tua, karena bisa
lebih dekat dengan masyarakat menengah ke bawah. Dan dari kejauhan terlihat
mobil BMW silver mendekati halte bus. Sudah kutebak pasti dia mau
menghampiriku. Dan hasilnya benar, padahal aku sudah menyembunyikan diri dari
kerumunan banyak orang. Entah apa yang membuat dia mengetahuinya. Ternyata penampilanku
yang membuatnya tahu. Teman-temanku semua iri padaku karena aku diajak pulang
bareng. Tadinya ku menolak, tapi karena melihat teman-temanku yang pada iri
lalu aku mengiyakannya aja.
“Rumahmu
masih yang dulu kan?”, tanya Reno.
“Iya”,
jawabku dengan singkat.
“Eem..,
boleh kah aku mempir ke rumahmu sebentar?”.
“Haa..,
ke rumahku? Eem., jangan sekarang Ren!”, jawab Maudy dengan penuh rasa
penolakan. Ya walaupun dulu semasa kecil suka main bareng seperti saudara
sendiri.
“Lha
kenapa? Bukannya dulu kita sering main di rumahmu. Masak mau mampir sebentar
aja gak boleh”.
“Eem..,
bukan begitu. Soalnya rumahku nanti sore mau buat arisan. Jadi sedikit repot”,
solot Maudy dengan bohong.
“Ooh.,
yasudah lain kali saja aku ke rumahmu”. Maudy menghela napas dengan lega. Karena
sebenarnya Maudy belum siap menemui Reno. Walaupun sebenarnya sangat merindukan
Reno.
“Diantar siapa kamu? Sepertinya
ibu kenal dengan laki-laki itu”. “Bukan siapa-siapa bu, Cuma teman la.. eh
teman kampus koq”, hampir saja keceplosan. Surat pesta tahunan dari kampus
datang juga. Ibu Maudy sangat senang sekali, karena saat inilah ibunya bisa
mendandani anaknya yang sangat cupu. Tapi ternyata ini membuat Maudy tidak mau
ikut. Alasan pertama karena dia tidak suka berhias, dan alasan kedua adalah dia
tidak ingin bertemu dengan Reno.
Baru saja masuk pintu gerbang kampus
sudah dihadang oleh para penggemarnya Reno. Ya ampun, dasar artis kampus, kau
ini membuat aku menjadi musuhnya satu kampus. “Heeh si cewek aneh, punya
kaca gak sih? Ngaca dulu sebelum ndeketin Reno”, solot salah satu cewek
dari berombolan.
“Jangan
sok kecakepan dech”, tambah teman lainnya.
“Yang
ndeketin Reno itu siapa? Yang sok kecakepan itu siapa? Siapa haa? Siapa?”,
jawab Maudy.
“Eh
eh eeh.., berani ngebantah ya”, sambil ndorong dan Maudy terjatuh. Entah
ada panggilan alam mungkin, seketika Reno muncul dari belakang dan menolong
Maudy.
“Kalian
semua ini ngapain pada disini? Kalian anggap dia itu sebagai apa? Hewan? Gak
aku sangka kalian sangat tidak berperikemanusiaan”, sahut Reno dengan nada
yang sangat marah. Semua orang kaget dengan perkataan Reno, apalagi Maudy.
Maudy terpesona dengan sikapnya yang sangat perhatian dan mau menolong seperti
pahlawan yang tiba-tiba datang dari langit menuju ke bumi.
Salah
satu dari gerombolan berkata, “Awas ya kalau kamu besok malam datang ke
pesta tahunan di kampus”.
“Awas
apa? Awas kalau ada anjing galak?”, solot Reno. Semua gerombolan tertawa
tertahan.
Pesta malam tiba. Seperti yang
diharapkan oleh ibu, aku seperti disulap dengan tongkat sulap dan berubah 180o
bagaikan seorang putri Cinderella. Dengan gaun putih dan sepatu hak tinggi
membuatku kerepotan untuk berjalan. Rambutnya yang terurai dengan mahkota
kristal kecil di kepala dan tanpa kacamata besar membuatku terlihat sangat
sempurna. Tak ada yang dapat menandingiku, kata ibu. Baru saja akan masuk ke
dalam sebuah gedung tempat pesta tersebut berlangsung, suasana berubah dengan
sendirinya. Semua mata terpana akan kedatanganku. Semua tidak percaya bahwa itu
adalah aku. Aku, Maudy. Mereka saja tidak percaya, apalagi aku. Saat mengambil
segelas minuman, tiba-tiba ada yang menawarkan berdansa. Ku lihat matanya dan
mata itu adalah milik Reno. Hasilnya pun memang benar.
Setelah berdansa, Reno mengajakku
keluar untuk menghirup udara.
“Maudy”,
sahut Reno.
“Ya”,
jawab Maudy.
“Lihat
bintang itu! Terang, bersinar dan indah”, tambah Reno.
“Eem..,
karena itu ciptaan Tuhan”, jawab Maudy dengan enteng.
“Tapi
yang ini beda. Memang bintang itu terlihat sangat jauh di sana. Namun sekarang
ini aku merasa sangat dekat sekali dengan bintang itu. Tak ada yang berani
sedekat itu. Mungkin bintang itu sangat kedinginan. Karena jarak mereka
sangatlah berjauhan. Tapi ku rasa aku dapat menghangatkan bintang itu dengan
jarak yang sangat dekat sekali”, sambung Reno dengan katahatinya.
“Bagaimana
kamu bisa tahu kalau bintang itu dapat merasa hangat?”, tanya Maudy dengan
nada ingin tahu dan merasa seperti masuk ke dalam imajinasinya Reno.
“Karena
aku dapat melihat bintang itu. Maudy, bintang itu ada di mata kamu”, memberi
penjelasan kepada Maudy.
“Aku?
Kenapa harus aku?”, tanya Maudy dengan bingung.
Reno memberikan penjelasan kepada
Maudy. Ketika Maudy mengatakan bahwa ia tidak mau jauh dari Reno dan
menyukainya, sebenarnya isi hatinya Reno sama dengan apa yang telah Maudy
katakan. Tetapi Reno tidak sanggup mengataka dengan kata-kata dan membalikkan
badan dengan meneteskan air mata. Bahwa sebenarnya sehari setelah kejadian itu
Reno harus pindah keluar kota karena tuntutan kerja ayahnya. Maudy sangat kesal
dengan apa yang telah Reno perbuat. Kenapa baru sekarang dia mengatakan hal
yang sebenarnya. Padahal Maudy sangat merindukan Reno. Maudy kira Reno tidak
suka dengannya dan langsung pindah dengan tiba-tiba entah kemana. Tahu seperti
itu Maudy akan tetap setia menanti Reno. Dan akhirnya Reno mengatakan isi
hatinya di malam itu juga. Maudy pun menerimanya dengan sangat haru.
21 April 2014 pukul 22.39
Cerpennya keren :)